AlbumJadul

Wednesday, August 13, 2008

Dilema Tenaga Medis Indonesia

Jakarta - Perjanjian EPA antara Indonesia dan Jepang atau Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) baru saja ditandatangani setelah melewati masa perdebatan yang alot. MoU yang ditanda tangani pada tanggal 19 Mei 2008 tersebut menyepakati beberapa poin perdebatan yaitu tentang jumlah gaji yang akan dibayarkan kepada para perawat dan pengasuh orang tua jompo serta prosedur penerimaan calon perawat.

Para perawat yang akan dikirimkan ke Jepang pada bulan Agustus ini dipilih dan diseleksi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Luar Negeri (puspronakes). Tercatat untuk tahun 2008 akan dikirimkan 200 perawat dan pada tahun selanjutnya akan dikirimkan sebanyak 200 lainnya.

Untuk memenuhi standar yang diterapkan di Jepang, Indonesia harus memilih setidaknya perawat yang berkualitas dan melalui tes-tes yang akan dilakukan dalam rentang waktu dua bulan. Para perawat yang akan terpilih nantinya merupakan 400 dari perawat terbaik dan berkualitas yang ada di Indonesia yang telah melalui uji seleksi psikotes dan tes-tes lainnya.

Menelaah perjanjian tersebut pihak Jepang mengharuskan perawat yang dikirimkan memenuhi standar kualitas perawat di sana yaitu minimal telah lulus diploma 3 keperawatan dan mampu serta berkualitas untuk ditempatkan di rumah-rumah sakit di Jepang. Tercatat gaji yang akan dibayarkan untuk para perawat dan pengasuh dari Indonesia adalah sejumlah sekitar 15 juta sampai dengan 17 juta rupiah.

Benar-benar jumlah yang menggiurkan bila dibandingkan dengan jumlah gaji yang diterima oleh para perawat dan pengasuh di Indonesia yang kurang lebih sekitar 2 juta rupiah. Lalu apa artinya bagi Indonesia?

Itu berarti bahwa Indonesia akan kehilangan sekitar 400 perawat terbaik bangsa dan 600 pengasuh berkualitas. Ironisnya itu terjadi pada saat negara kita sangat membutuhkan perawat yang handal. Begitu banyak rakyat di negara kita yang memerlukan perawat yang berkualitas. Tak terhitung jumlah penduduk kita yang terkena bermacam penyakit, gizi buruk, flu burung, karena kurangnya pendidikan kesehatan dan kurangnya tenaga kesehatan yang berkualitas di negara ini.

Lalu haruskah kita mengorbankan sejumlah kekayaan kualitas perawat kita untuk mengabdikan diri pada Negara Jepang yang notabene kaya raya dan sangat maju hanya karena gaji yang ditawarkan lebih tinggi dari standar gaji kita? Lalu apa arti dari kata-kata Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyindir rakyat indonesia bahwa 'untuk operasi kutil saja harus ke Singapura'.

Sementara pemerintah sendiri berkebijakan mengirim perawat-perawat berkualitas dari bangsa ini ke luar negeri untuk melayani bangsa lain. Bahkan saat ini Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mencatat lebih kurang 10.000 perawat dan pengasuh terbaik bangsa menjejak karir di negara-negara maju.

Sangat bijaksana apabila Wapres Jusuf Kalla melihat alasan di balik berbondong-bondongnya masyarakat berobat ke luar negeri. Bahkan rakyat di Pulau Sumatera sekarang lebih memilih berobat ke Penang Malaysia dibandingkan ke Jakarta.

Tidak dapat disalahkan apabila rakyat yang mampu lebih memilih berobat di negara lain bahkan untuk operasi kutil, karena sangat sering kita membaca di blog-blog, di opini pembaca di surat kabar kita tentang perlakuan buruk tenaga medis kita terhadap para pasien yang bahkan untuk operasi kutil saja rentan risiko kegagalan dan kekecewaan di pihak pasien.

Lalu haruskah rakyat kita menanggung risiko sebesar itu hanya karena menjunjung rasa nasionalisme? Di mana tanggung jawab pemerintah untuk menjamin penyediaan tenaga medis dan fasilitas medis yang memadai bagi rakyat di negara ini?

Sungguh sangat bijak apabila pemerintah mengganti perjanjian pengiriman perawat tersebut dengan perjanjian pemberian bea siswa kepada perawat dan tenaga medis kiDilema Tenaga Medis Indonesiata untuk memperdalam ilmunya di luar negeri dan kemudian pulang lalu mengabdi bagi bangsa sendiri.

Sudah saatnya apabila dana APBN untuk kesehatan lebih ditingkatkan dan diawasi penggunaannya dengan ketat agar tumbuh kepercayaan dari dalam masyarakat kita sendiri.Sudah saatnya pula pemerintah memperhatikan kesejahteraan para perawat dan tenaga medis negeri ini. Agar kita tidak lagi ditinggalkan oleh putra putri bangsa yang berkualitas hanya karena apresiasi yang rendah, biaya hidup yang terus melambung, dan kurangnya fasilitas kesehatan di negara sendiri. Harus diakui bahwa faktor gaji yang tinggi dan fasilitas yang memadai menjadi faktor pendorong bagi para perawat dan tenaga medis kita untuk melayani bangsa lain.

Aprisah BanunEmail: Aprisah@hotmail.com
Penulis adalah wartawan media asing di Indonesia

No comments: